Feeds:
Posts
Comments

Love Requires Action

Paskah sudah dekat.. Hari Jumat besok, murid-murid Kristus akan memperingati peristiwa kematian-Nya di salib kurang lebih, sebutlah, 2000 tahun yang silam. Sudah tradisi bagi saya yang hina ini untuk menulis sebuah tulisan tentang Paskah setiap tahunnya. Tahun-tahun yang silam, saya menuliskan beberapa tulisan, sudah tidak terlacak jejaknya lagi. Anggap saja ini tulisan yang akan mendukung yang silam.

Saya percaya bahwa beberapa malam belakangan ini saya dituntun untuk mengingat keajaiban-keajaiban yang telah saya alami di sepanjang hidupku yang singkat ini. Everything happens for a reason, reason that we may never know. Or if we’re smart enough to look back and think of everything all over again, the reason may be revealed to us. Mungkin tidak semua hal disingkapkan, tapi itulah hidup dan misterinya, bukan? Kalau diingat-ingat lagi, ada begitu banyak hal yang terjadi. Hidupku ini bukan kebetulan, dan begitu juga dengan kalian, Pembaca. Each of us serves a purpose, purpose that we discover in each step of our lives. Jujur saja, hingga saat ini saya tidak tahu apa tujuan hidupku. Mysteries of life, eh? Saya iri pada orang-orang yang sudah tahu dengan jelas apa tujuan hidup mereka. Beberapa malam belakangan ini saya mendengarkan lagu-lagu Hillsong, Pembaca! Sudah lama saya tidak membiarkan sesama murid Kristus membisikkan kata-kata indah tentang iman di telingaku. Dan mereka membuat saya merenungkan banyak hal..

Tahun ini adalah tahun kesepuluh saya merayakan Paskah sejak, sebut saja, menerima Yesus dengan sadar dan sukacita. Siapa yang sangka saya akan menjadi seperti ini? Jujur saja, saya sendiripun tidak pernah menyangka saya akan menjadi seorang yang melewatkan pertemuan-pertemuan ibadah, tidak peduli lagi pada kehidupan persekutuan dengan jemaat (ini bukan hal yang baik, dan semoga Pembaca tidak mencontoh kehidupan rohaniku yang destruktif), dan lainnya. Siapa yang sangka, seorang yang dahulu rajin pelayanan, aktif di berbagai kegiatan gereja, rajin dalam persekutuan jemaat dan ibadah akan meninggalkan semuanya itu hanya karena alasan yang belum, atau mungkin, tidak ingin diungkapkannya? Sayapun tidak menyangka.

Apakah saya menyesal menerima Yesus dan ingin kembali ke jalan hidup yang gelap? Tidak. Menerima Yesus adalah hal terbaik di dalam hidupku ini. Meski itu berarti saya harus hidup benar, dalam bekerja tidak boleh melakukan kecurangan, dalam bisnis tidak boleh mengutamakan keuntungan pribadi semata, dalam hidup harus mengasihi sesama seperti diri sendiri (ini tidak mudah, Pembaca) karena point-nya dihitung sama dengan mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Kalau hanya sekadar mengatakan “I love Jesus” atau “I love God” dan kata-kata manis lainnya, itu bukan hal yang sulit, tapi melakukannya itu luar biasa sulitnya! Saya belum pernah mengeluarkan statement seperti itu. Kalian pasti akan bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang murid Kristus (saya memilih menggunakan istilah ini bukan tanpa sebab) selama kurang lebih sepuluh tahun tidak pernah mengucapkan pernyataan itu, “I love Jesus” atau “I love God”? Lucu! Saya tidak menganggap hal itu lucu. Justru adalah hal yang sangat memalukan ketika kita berkata “I love Jesus” tapi perbuatan-perbuatan kita penuh dengan kekejian, kelicikan, berusaha menjatuhkan saudara-saudara kita, perbuatan-perbuatan yang justru mempermalukan Dia yang katanya kita “kasihi.” Apakah itu merupakan wujud kasih kita kepada-Nya? Well, tidak semua orang berpendapat seperti saya, tapi toh saya tidak memaksakan pendapat saya, bukan? Saya lebih senang melakukan hal-hal yang menunjukkan kasihku kepada Tuhan dan sesama daripada hanya sekadar mengucap kata-kata meaningless.

Itulah yang membuat saya mulai meninggalkan ibadah dan persekutuan dengan jemaat. Memang bukan hal yang benar, itu saya akui. Tapi apalah gunanya pergi ke pertemuan ibadah namun pulang dengan hati yang dongkol? Mengapa dongkol? Saya melihat begitu banyak orang yang konon “mengasihi Yesus” tapi yang mereka lakukan justru sebaliknya. Ketika kita mengasihi seseorang, bukankah kita akan memberikan yang terbaik demi menyenangkannya? Saya tidak senang dengan ibadah-ibadah yang tidak dipersiapkan dengan baik, asal-asalan saja. Hypothetically speaking, bagaimana mungkin seseorang menjamu presiden dengan meja yang penuh noda, makanan yang asal-asalan disiapkan, pelayan yang tidak tanggap, musik yang fals dan segala hal buruk yang bisa Pembaca tambahkan? Tidak mungkin ‘kan? Pasti yang terbaik yang akan dilakukan untuk menjilat presiden. Mirisnya, sebagian di antara kita tidak memberikan yang terbaik untuk Tuhan, Sang Pemberi Kehidupan. Simply because God is invisible. Karena Tuhan tidak kelihatan. Seandainya saja Yesus bersama-sama dengan setiap muridnya dalam wujud manusia yang berdarah dan berdaging, saya yakin sekali, kita semua akan berusaha sekuat tenaga to impress Him. Am I right or am I right?

Tuhan berkata bahwa Ia mengasihi manusia, bukan begitu? Dan ketika Ia berkata bahwa Ia mengasihi kita, kita bisa yakin bahwa kata-katanya bukan sekadar janji manis. Dia datang ke dalam dunia ini. Tuhan mengajarkan tentang kasih, dan Dia melakukan apa yang Dia ajarkan. Berjalan bersama-sama dengan manusia yang membutuhkan kasih, memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada zaman-Nya (bahkan hingga saat ini!), melakukan mujizat-mujizat, mati di kayu salib, bangkit dan kembali ke surga, tempat dari mana Dia datang, dan yang akan kita tuju. Dia berjanji akan menjaga kita, anak-anak-Nya, menyiapkan tempat bagi kita ketika kita bersama-sama dengan Dia kelak. Ketika Dia berkata bahwa Ia mengasihi kita, Dia bersungguh-sungguh akan setiap patah kata dari kalimat itu. Look at us! Ketika kita berkata “I love You, Jesus,” did we really mean it? Cause He certainly did mean every single word He said.

Malu dong ah kalau kita menyatakan bahwa kita mengasihi seseorang tapi perbuatan kita mengatakan yang sebaliknya.. Kesadaran ini yang mengantarkan saya pada satu kesimpulan, bukan seberapa sering kita beribadah, atau berkata bahwa kita mengasihi Tuhan, atau seberapa sering kita pelayanan maupun hal-hal religious lainnya yang menjadi kesaksian tentang Dia di dalam dunia ini, tetapi seberapa besar kita menunjukkan kasih itu, seberapa besar kita mengasihi sesama kita seperti Kristus mengasihi mereka. Karena hukum yang terutama adalah mengasihi Tuhan, Allah kita dengan segenap hati dan seluruh keberadaan kita ; dan hukum lain yang sama pentingnya adalah mengasihi sesama manusia sebagaimana kita mengasihi diri sendiri. Love requires action!

I am not religious, but I have deep faith.

– Some famous opera singer

On Injury Time

05:57 AM

EMOSI JIWA!!!!!!!!!!!!

What am I doing at this time of day, AWAKE?! You have no idea! I haven’t sleep properly, and yes, at this time I am up writing this post. What on earth is happening? Believe me, it’s not a good thing. CRAP!

*) I tend to get very emotional when I don’t sleep properly. I warned you, so read this post at your own risk.

Entah ini suatu berkat atau hal lainnya, tapi sepasang telinga yang diberikan kepadaku ini sungguh sangat peka terhadap suara! Grrrr!!! Tahu kenapa saya tidak bisa tidur tadi malam? Well, apparently ada orang yang begitu bodohnya menyalakan radio dari malam sampai pagi! Ini orang bodoh ya! Tidak tau ada yang namanya timer?! Grrr!!! Plus, ini kan zamannya hemat energi! Sampah bener nih orang! Belum lagi ada yang persiapan untuk peringatan cem-beng hari ini. Berisik!

Seriously! Meski yang diputar itu radio, meski lagu-lagu yang disiarkan itu menurut beberapa orang berada dalam kategori bagus, I COULDN’T SLEEP ALL NIGHT! Senang ya! Situ senang, bisa tidur nyenyak, soalnya BUDEG. Saya tidak! Sampah bener!

Persiapan cem-beng ini sungguh bisa bunuh orang lagi! Mau bunuh orang ya! Well, buat kalian yang tidak tahu tradisi cem-beng, ini adalah tradisi yang dilakukan oleh orang-orang keturunan Cina di manapun mereka berada di seluruh dunia, setiap tahun. Dan apa yang dilakukan? Mengunjungi makam leluhur, membersihkan makam, sembahyang, bakar ini, bakar itu, BLARGH! I don’t do that. To me, that kind of tradition is creepy, and I hate it. Sebut saja
saya kacang lupa kulit, atau apapun yang kalian inginkan, but we live in a free world, dan saya sungguh tidak senang pada tradisi Cina, apapun itu. Not even Chinese New Year.

Suara-suara, asap hasil bakar ini bakar itu, they’re enough to drag me away from my comfy bed. Saya bahkan sudah tidak ingin tidur lagi! The smoke suffocated me! Ini orang-orang tidak tahu ya bahaya asap?! Iya, mereka tidak merasakan dampaknya, saya yang rasa! Sudah cukup.

I really envy people who live far far away from their family. No more kepoh people urusin ini itu, telling them “what is right to do”, snooping around their businesses and personal lives. No, I hate that kind of people, siapapun mereka. Even close relatives. I love my privacy, namun sepertinya privacy is a luxury that not a single Chinese can enjoy while they live close to their family. Things should change.

Sepertinya acara sembahyang di rumah sudah selesai. I’m going to have my breakfast now dan lanjut tidur. Wish me luck!

Quote of the day :

Live by the iceberg rule. 10% on surface, 90% under the surface

(Brooke Fraser)